Monday, October 17, 2011

Are you ready for stand-up comedy?


“gue Ernest dan gue China...,”

Hmm... ini orang sedang tertekan kali ya, atau sedang marah karena ledekan orang sekitarnya, atau barang kali dia sedang... melucu!!! Ngelucunya kok rasis banget? Eits, dia lagi ngguyon tentang dirinya sendiri kok.
Hari Ahad baca Kompas Minggu, bagian Humaniora-nya membahas tentang stand-up comedy. Untuk kita yang terbiasa dengan acara komedi macam Opera van java, Srimulat atau yang lainnya bisa jadi stand-up comedy ini merupakan hal baru. Dari yang melucu secara berkelompok, kini tampil solo di panggung. Menarik memang, karena para comic (pelaku stand-up comedy) biasa menjadikan dirinya sendiri sebagai bahan guyonan. Entah itu bentuk tubuh, suku, kehidupan sehari-hari , dan sebagainya. Mereka berdiri di atas panggung, dengan microphone siap mendampingi cuap-cuap yang terlontar, lalu penontonnya bersiaplah terpingkal-pingkal dengan ulah mereka di atas panggung.
Ambil contoh sekelumit lelucon yang satu ini (Kompas Minggu 9 Oktober 2011, halaman 1)
“gue Ernest dan gue China...,” kata Ernest Prakasa (29) dengan enteng dalam Stand Up Comedy tayangan Kompas, Sabtu (1/10) malam. Penonton tertawa terbahak-bahak. Soal kharakteristik wajah yang khas itu juga digarap Ernest dalam penampilan tayangan lain. Dengan gaya slengean, santai seenaknya, dia membuka komedi dengan menjelaskan identitasnya.
”Yah, seperti yang Anda bisa lihat, saya berasal dari ras minoritas di negara kita ini. Kelihatan jelas, ya...? Enggak gampang memang jadi orang Arab di sini...” penonton meledak dalam tawa karena secara fisik Ernest benar-benar bukan orang Arab.

Secara pribadi saya memuji Kompas TV karena menyajikan alternatif komedi dari stasiun TV lain yang lebih senior adanya. Biasanya formula lawak ya selalu ada satu ’korban’ yang jadi bahan ledek dan cela. Bahan ledek dan cela tidak jauh-jauh dari fisik yang memang dieksploitasi kejelekannya supaya bisa dijadikan bahan celaan. Intinya ya memang itu (baca: fisik) yang jadi bahan jualan di layar  media audio visual bernama televisi selama ini. Coba kalau diperhatikan, sajian berita pun marak dibawakan oleh pembawa berita yang cantik, tampan, muda, dan fresh.. segeerrr.... dilihat. Toh yang penting happy. Bagaimanapun manusia kan hidup untuk merasa happy. Bekerja supaya diri dan keluarga bisa happy, belajar supaya masa depan bisa happy, beribadah supaya di akhirat bisa happy. Kalau ada yang kurang setuju, tentu saya menghargai opini Anda.

Sebelum terlalu luas bahasan tulisan ini karena ketidakfokusan saya, mari kita lihat dari sisi komedi saja ya. Tingginya animo terhadap program-program komedi seperti Opera van Java, menyusul pendahulunya seperti Extravaganza atau Srimulat. Entah bagaimana visi dan misi yang diusung Kompas TV ya, misalnya kita percaya bahwa ini proyek idealis dan  rating bukan dijadikan ’dewa’ , tapi tetap saja pemirsa yang makin banyak dan loyal makin memberi kontribusi yang positif bagi sebuah stasiun televisi.

Saya sebagai penggemar berat tayangan komedi, baik sitkom di TV, film, dan produk media lainnya.  Dunia yang penuh liku-liku seakan mengizinkan saya untuk beristirahat ketika tertawa lepas walau hanya sesaat. Lucu rasanya ketika yang melucu adalah orang-orang yang tidak melulu berprofesi sebagai komedian. Latar belakang yang berbeda-beda dari para comic membuat guyonan comic satu dengan lainnya beda rasa dan beda warna, hanya ada satu persamaan yang pasti yaitu harus lucu!

Apa jadinya kalau saya yang berdiri di panggung untuk melucu, harap digaris bawahi, hanya seorang diri? Hmm... lelucon apa yang akan saya bawakan, dan saya yakini bahwa itu lucu? Mungkin bisa jadi teka-teki yang sudah berulang kali saya ajukan, dan (untungnya) selalu berhasil membuat rekan-rekan saya tertawa:
 Saya: Luarnya merah, dalemnya putih. Tapi bukan apel. Apaan tuh, tebaaakkk...
Penonton 1: Apaa ya.. (sembari berpikir)
Penonton 2: Bakpao dibungkus kertas kado merah!
Saya: Bukaannn...
Penonton 1: Jadi apaan dong?
Saya: Nyerah nih?
Penonton 2: Iya nyerah...( tampangnya pasrah)
Saya: Jerawat mateng!
Huahahahahahaha... (semua penonton tertawa terbahak-bahak, semoga!)


Jakarta, 11 Oktober 2011



No comments:

Post a Comment